Iklan

iklan

Lamappenedding, Pengantar Surat Zaman Penjajahan di Wajo

IlhamUncen
Kamis, 28 Juli 2016 | 11.57.00 WIB Last Updated 2016-07-28T19:31:30Z
Lamappenedding
WajoSatu.Com -- Mungkin Peran surat semakin lama semakin berkurang di zaman serba elektronik seperti sekarang ini. Jika dahulu mengirim kabar kepada saudara jauh menggunakan surat memerlukan waktu beberapa hari, namun sekarang, dalam hitungan menit hal tersebut bisa dilakukan melalui pesan singkat.

Namun jauh sangat berbeda di zaman perjuangan dalam merebut kemerdekaan dari tangan para penjajah. dimana, kalah itu  peran surat sebagai sarana komunikasi, alat untuk menyampaikan informasi dalam berjuang merebut kemerdekaan dari tangan parah penjajah terasa sangatlah penting.

Lamappenedding, pria kelahiran Wajo, 31 Desember 1929 silam itu, memiliki tugas pokok dalam perjuangan mengusir parah penjajah. yakni, menyampaikan berbagai informasi penting kepada para pemuda pejuang yang berada disejumlah wilayah ditanah Wajo. Sepucuk surat ditangannya sangatlah berarti dimasa itu.

Meski, rasa khawatir membelenggu dalam jiwa. Pasalnya, tentara kolinial Belanda bisa saja tiba-tiba menghadang perjalalananya. Namun, semangat Nasionalisme yang melekat dalam dirinya, demi anak cucunya. dirinyapun pantan untuk menyerah. Semata-mata hanya untuk satu kata, kami inginkan kemerdekaan diatas tanah kami.

"Masa itu nak, saya mendapatkan tugas khusus untuk mengantarkan beberapa surat penting kepejuang kita yang berada di daerah. Ya, meski ada rasa khawatir tapi semua itu demi kemerdekaan. Saya, mengantarkan surat dengan berjalan kaki dan terkadang juga naik kuda. Waktu itu saya masih anak-anak," Kata Lamappenedding, saat ditemui dikediamannya, Jalan Lembu, Lorong III, Kota Sengkang, kamis 28 Juli.

Lanjut Lamappenedding mengatakan, seingat saya pertempuran melawan penjajah di Wajo itu terjadi didaerah Tancung, Paselloreng, serta pertempuran hebat terjadi di Gilireng. selain itu, ada juga pertempuran yang tidak masuk dalam agenda yaitu di Tarumpakkae. Belanda di masa itu kejam nak. "katanya

Lanjut, dia mengatakan, Jembatan Cellae (merah) merupakan saksi sejarah dalam merebut kemerdekaan, dimana masa itu pertempuran hebat pejuang kita di Gilireng sampai titik darah penghabisan dalam melawan Belanda.

"Dijembatan merah Gilireng itu, banyak pejuang kita yang gugur kalau tidak salah ada 24 orang. termasuk tentara kani Belanda ada juga yang tewas. Jembatan merah Gilireng merupakan sejarah yang ditinggalkan para pemuda pejuang yang ada di Gilireng." katanya

Tahun 1945 silam, kemerdekaan Republik Indonesia (RI) di Proklamasikan, Di Wajo itu sendiri, proklamasi kemerdekaan dilaksanakan  di Lapangan Merdeka (Lapmer) Sengkang.

"tahun  1945 kita proklamasi kemerdekaan, di Wajo itu dilaksanakan di lapangan Merdeka, kalah itu, saya sangat terharu dan meneteskan air mata. perasaan saya seperti naik kelangit. Meski sudah merdeka perjuangan tidak sampai disitu saja, masih panjang kalau mau diceritakan nak." katanya

Untuk itu, sebagai bentuk penghargaan, Negara memberikan tunjangan kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan dimasa lalu. dikatakan, Mappenedding setiap bulannya ia menerima tunjangan atas perjuangannya kalah itu.

"Alhamdulillah, saya merasa sangat beryukur sekali. atas penghargaan yang diberikan kepada kami, besarnya tunjangannya itu sebanyak Rp. 2.150.000 perbulannya."tutupnya. (Cukang)


iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Lamappenedding, Pengantar Surat Zaman Penjajahan di Wajo

Trending Now

Iklan

iklan